Nasional

Marak Pengibaran Bendera One Piece, Ini Tanggapan Pengamat Sosial

Baswara Times, Jakarta – Maraknya pengibaran bendera One Piece sebagai bentuk protes terhadap pemerintah jelang perayaan HUT ke-80 Indonesia, membuat sejumlah kalangan angkat bicara. Usai anggota dan pimpinan DPR RI, kini pengamat sosial UI Rissalwan Handy Lubis memaparkan pandangannya.

Dia menilai gerakan masyarakat itu masih tahap wajar dan bukan bentuk separatisme, melainkan ekspresi kritik terhadap pemerintah. “Ya, ini emang sedang ramai, tapi saya melihat satu hal yang wajar dalam dinamika bernegara dan sah-sah saja terjadi dalam negara demokratis,” kata dia pada Minggu, 3 Agustus 2025.

Rissalwan menuturkan, pengibaran bendera ‘tengkorak memakai topi’ itu sebagai simbol kekecewaan terhadap kondisi bangsa saat ini, sekaligus cerminan keresahan publik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dipandang tidak berpihak pada masyarakat kecil.

Dia pun tak menampik ada sejumlah kebijakan pemerintah yang terkesan absurd. Maka dari itu tak mengherankan tumbuh pemikiran-pemikiran perlawanan untuk menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dengan negeri ini.

“Ini, kan, masalah momentum ketika menjelang 17 Agustus kemudian ada sekelompok orang, bisa kita sebut anak muda, bisa juga oposisi, bisa juga kelompok-kelompok lain di luar penguasa yang merasa kita belum merdeka sebenarnya, masih merasa dijajah, tapi penjajahan oleh bangsa sendiri,” lanjut dia.

Menurut Rissalwan reaksi pemerintah terhadap hal tersebut berlebihan. Termasuk pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan yang mengatakan pengibaran bendera One Piece sebagai bentuk provokasi yang dapat menurunkan kewibawaan dan derajat bendera merah putih.

Rissalwan mengungkapkan, seharusnya pemerintah menjawab kritik tersebut dengan kebijakan konkret alih-alih ke kecurigaan berlebihan. “Jadi, jangan langsung skeptis, ya. Ada orang menyampaikan kritik, ini kritiknya halus, ya, enggak melalui demo atau apa,” pungkas dosen di Universitas Indonesia ini. (Roy Dz)