Biaya Sewa Lapak Mencekik, Pedagang di Tempat Relokasi Pasar Baru Mengeluh
Baswara Times, Panyabungan – Biaya sewa lapak yang dikutip pemilik lahan bekas relokasi Pasar Baru Panyabungan ternyata cukup “mencekik leher” para pedagang yang berjualan di tempat tersebut. Penjual sayur dan bumbu dapur itu pun meminta Pemkab Madina untuk memindahkan mereka ke kompleks gedung baru.
Untuk diketahui, dengan beroperasinya gedung baru Pasar Baru Panyabungan, pemerintah setempat memutuskan tidak memperpanjang sewa pasar relokasi yang letaknya di belakang bangunan baru. Akibatnya, harga sewa lapak diputuskan para pemilik lahan.
“Biaya sewanya berat Rp20 ribu per hari. Kalau dihitung-hitung, sebenarnya lebih murah sewa lapak di lokasi Kompleks Pasar Baru. Kami minta Pak Bupati untuk segera memperhatikan kondisi kami,” kata RK, salah satu pedagang, pada Selasa, 26 Agustus 2025, dikutip dari newsline.id pada Rabu, 27 Agustus 2025.
Pedagang lain dengan inisial TL mengungkapkan sebelumnya sudah ada wacana pemindahan. Namun, sampai hari ini urung terlaksana. “Sudah sering kami dipanggil untuk berdiskusi. Kami semua sepakat untuk pindah, tapi sampai sekarang belum juga terealisasi. Kami mohon Pak Bupati, perhatikan kami pedagang kecil ini,” kata dia.
TL menjelaskan, dia mendapatkan informasi bahwa saat ini proses pemindahan masih menunggu persetujuan Bupati Saipullah Nasution. “Kami ingin juga secepatnya merasakan fasilitas di Kompleks Pasar Baru agar tidak terbebani biaya sewa yang cukup besar,” sebut dia.
Pemindahan pedagang sayur dan bumbu dapur ini mendapat dukungan dari mereka yang telah menempati gedung baru. Menurut SR, dengan kondisi saat ini jarang sekali orang datang ke pasar dengan niat membeli baju. Pecahnya pasar juga menjadi salah satu penyebab sepinya pembeli.
“Pembeli enggan datang khusus untuk beli baju. Kalau dulu, di pasar relokasi karena ada pedagang sayur, dan bumbu, otomatis banyak yang datang. Niatnya tak mau beli baju karena terlihat baju akhirnya beli,” kata dia.
Kondisi pasar yang sepi menjadi kekhawatiran tersendiri bagi SR. Terlebih, pembayaran kios sudah di depan mata, yakni September 2025. Dia menjelaskan, para pedagang terpaksa memutar sewa kios untuk modal karena barang jualan tidak begitu laku. “Jatuh tempo itu bulan sembilan. Kalau kondisinya seperti ini, sudah pasti biaya sewa pasti terlambat,” pungkas dia. (Roy Dz)