Partisipasi Pendidikan Tinggi Indonesia Hanya di Kisaran 30-40 Persen
Baswara Times, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 mencatat angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia untuk kelompok umur 19-23 tahun hanya ada di kisaran 30-40 persen.
Padahal angka partisipasi sekolah (APS) untuk jenjang SD lebih dari 99 persen. APS jenjang SMP masih tinggi, tapi di SMA mulai menurun signifikan ke kisaran 70-85 persen. Ini menunjukkan masih ada jurang ketimpangan antara tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan dasar dan pendidikan tinggi.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian Irfani mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Angkanya, kata dia, bahkan bisa lebih memprihatinkan antar provinsi. Di Papua Pegunungan misalnya, rata-rata lama sekolah hanya di angka 5,10 tahun, artinya banyak penduduk belum tamat SD.
“Pendidikan hari ini adalah penentu nasib bangsa dalam menapaki abad kedua kemerdekaan Indonesia Emas 2045,” kata dia pada Kamis, 14 Agustus 2025 sebagaimana diberitakan CNN Indonesia dan dikutip Baswara Times pada Jumat, 15 Agustus 2025.
Dia menegaskan perlu reformasi di bidang ini untuk meningkatkan partisipasi pendidikan di SMA dan perguruan tinggi, terutama di daerah tertinggal. Lalu juga mendorong peningkatan kualitas kurikulum, kompetensi guru, literasi digital, penguatan karakter, untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah.
“Jika kita gagal mengentaskan ketimpangan dan menyiapkan generasi yang benar-benar merdeka berpikir, maka bekal menuju Indonesia emas hanyalah retorika tanpa pijakan nyata,” tegas politisi PKB itu.
Sementara, Mendikdasmen Abdul Mukti sebelumnya menyebut Indonesia tengah mengalami learning loss, yakni kondisi menurunnya motivasi, kemampuan belajar, dan pencapaian akademis siswa. Hal itu, menurut dia, terutama disebabkan pandemi Covid-19.
“Selama pandemi, pembelajaran dilakukan secara daring, atau malah tidak ada pembelajaran sama sekali, dan dampaknya masih bisa dirasakan sampai sekarang,” kata Mukti dia. (Roy Dz)